Pengalaman Main Tinder sampai Ketemuan dengan si Dia (Bag I)

Ya! Kali ini Ussui mau cerita perihal pengalaman main tinder. Kenapa? Karena usia dong.

Pengalaman Main Tinder

Menjelang umur yang makin mendewasa (masyaallah!), berbagai perubahan terjadi pada diri ini. Ada yang happy, tapi banyakan yang susah. 

Ya, ternyata yang dikatakan orang-orang itu benar. Rupanya, menjadi dewasa adalah sebuah proses yang menyakitkan. 

You nggak bisa lagi main-main ke sana kemari macam anak SMA. Segala tanggung jawab dan ekspektasi orang-orang harus mulai kamu pikul sendiri. 

Belum lagi berbagai kepahitan yang memang wajar terjadi dalam kehidupan. Ugh! Rasanya kalau sudah ngomong begini Ussui jadi sepakat 100% sama kata Budha bahwa hidup itu penderitaan. 

Nah, karena usia yang udah makin dewasa ini pula, kini Ussui dibebani dengan harapan orang-orang untuk menikah. Jujur saja, dulu Ussui nggak kepikir sampai di sini. Pacaran sih ayo, tapi kalau nikah kan udah serius ya. 

Ussui nyaman tuh jomblo aja, dan nggak ngerti susahnya jomblo itu di mana. Ealah, ternyata manusia tidak bisa begini terus. 

Ya udahlah, akhirnya terpaksa coba-coba mencari sosok mz pacar dan calon suami. Caranya? Banyak. Salah satunya lewat tinder.

Pengalaman Main Tinder sampai Ketemuan

Tahu kan aplikasi dating tinder? Tinder sebetulnya aplikasi buat hook up alias ngedate bahkan "ONS." Aplikasi ini asalnya dari barat dan memang cocok dengan kultur hookup di barat sana. 

Tapi kalau di Indonesia, banyak juga yang mencoba nyari jodoh lewat tinder. Saat main tinder, karena tujuan Ussui nyari suami, tentu saja nggak terlalu musingin tampang. Tampang cowok mau kaya apa juga minmin Ussui tempatin ke faktor sekian. 

Ussui biasanya akan swipe like ke cowok yang kerjaannya jelas. Nggak perlu mapan dan kaya raya, yang pasti ya masa depan kerjaannya ada dan gaya hidupnya tidak hedon. 

Kenapa pakai kriteria ini? Ya karena pengen jadi ibu rumah tangga dan hidup lurus-lurus aja. Ussui ingin jadi ibu rumah tangga sembari nulis-nulis artikel dan bikin usaha kecil-kecilan. Makanya nyari suami yang kerjaannya oke. 

Cuma, biasanya Ussui suka cowok pinter. Hahaha. Makanya, kalau yang bersangkutan itu guru, dosen, atau yang terkait bidang akademik, pasti langsung like. Ussui malah tidak begitu tertarik sama pengusaha dan eksmud-eksmud yang kece nan ganteng itu.

Buat profil diri sendiri, Ussui menulis dengan jelas cuma nyari yang serius. Bukan buat have fun! Ussui juga pakai foto yang tidak "kamera 360." 

Ussui tampilin fotoyang lagi jelek juga. Harapannya, nanti kalau ketemu nggak pangling, terus juga pengen cowok yang nggak liat dari fisik doang.

Alhamdulillah, biar nggak banyak, tapi lumayan ada yang matches. Dan yang bikin seneng, yang match ini emang sering tipe Ussui. Muka kadang ada yang B aja, tapi ya dia kerja jadi peneliti, guru, sampai dosen. Diajak ngobrol pun jadi asyik. 

Pengalaman Main Tinder, Ketemu Tukang Chatting

Sayangnya dari semua matches, yang chat atau buka obrolan cuma belasan (mungkin 12 doang). Terus, yang bisa lama chatting cuma sekitar 5 orang. Nah, ada nih satu yang chattingnya awet terus. Pagi, siang, sore ngecat mulu. Asyik? Enggak!

Malah nyebelin. Ussui tuh bukan tipe orang yang suka ngobrol via WA. Ini anak juga nggak inisiatif ngajak ketemu. 

Pernah sekali dia nawarin ketemu, langsung Ussui iyain, eh bilang sibuk terus nggak jadi. Abis itu ngechat, chat, chat mulu! Hih, jengkel. Akhirnya tak biarin aja dan sampai sekarang kandas begitu saja. 

Lha gimana dong. Kita udah sama-sama dewasa, kok ya maunya ngobrol mulu di WA kayak bocah? 

Ussui akhirnya bisa ketemu dengan cowok yang lain. Yang ini malah jarang ngajak ngobrol. Chatnya paling cuma 10an. Tapi dia tiba-tiba ngajak ketemu. Langsung deh diiyain ajakannya. 

Eh, eh, mungkin ada di antara pembaca yang mikir, "Kok mau sih ketemu cowok Tinder nggak jelas? Apa nggak takut diculik?"

Ye, jangan salah. Mimin udah cari tahu dulu siapa yang bersangkutan. Dia kerja sebagai pengajar di sebuah lembaga pendidikan. 

Jadi insyaallah nggak aneh-aneh. Setelah itu, kita juga ketemuan di kafe yang ramai. Pokoknya keamanan emang harus diutamakan.

Pengalaman Main Tinder: Takut Gak Dikenalin!

Sebelum hari H, sudah pasti hati deg degan mau ketemu. Yang ditakutin itu kalau dia nggak ngenalin muka ini. Kan Ussui bakal malu kalau dia mikir, "Ih di foto cantik kok aslinya jelek?

Untungnya, waktu di kafe itu, dia langsung bisa ngenalin. Dia lewatin Ussui yang lagi berdiri di parkiran dan seketika itu juga dia langsung bisa tahu. Ussui pun langsung bisa tahu itu dia. Alhamdulillah, jadi foto kami sama-sama ngggak nipu. 

Kita ngobrol-ngobrol bentar. Yah, cuma ngomongin kerjaan, film, dan seterusnya. Nggak lama sih, paling kita ngobrol cuma 20 menitan. 

Abis itu, kita pulang. Kesannya? Dia pendiem. Ussui yang pendiem jadi lebih cerewet gara-gara dia yang pendiem. Tapi ya suka-suka aja sih. 

Nggak tau ya kalau dia. Dia kayaknya biasa aja. Lha, abis ketemu itu WA pun bisa diitung pake jari. Ya udahlah, diikhlasin ajalah. 

Abis ketemuan alias "date" pertama di Tinder yang lumayan itu, Ussui rencana lagi mau ketemu cowok yang lain. Kayak gimana cerita pengalamnya? 

Tunggu aja di artikel selanjutnya, ya. Hoho. Rencananya Ussui memang ingin membuat seri artikel pengalaman main tinder. Buat apa? Ya seru-seruan aja.

Oh ya, bagi yang tertarik melakukan mewing, Ussui juga pernah melakukannya lho. Silahkan baca artikel tentang pengalaman mewing.

Belum ada Komentar untuk "Pengalaman Main Tinder sampai Ketemuan dengan si Dia (Bag I)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel